Sabtu, 02 Maret 2013

"More Than This"

   [Liam]
I’m broken, do you hear me?
I’m blinded, ‘cause you are everything I see,
I’m dancin’ alone, I’m praying,
That your heart will just turn around,

And as I walk up to your door,
My head turns to face the floor,
‘Cause I can’t look you in the eyes and say,

[Harry]
When he opens his arms and holds you close tonight,
It just won’t feel right,
‘Cause I can love you more than this, yeah,
When he lays you down,
I might just die inside,
It just don’t feel right,
‘Cause I can love you more than this,
Can love you more than this

[Niall]
If I’m louder, would you see me?
Would you lay down
In my arms and rescue me?
‘Cause we are the same
You save me,
When you leave it’s gone again,

[Louis]
And then I see you on the street,
In his arms, I get weak,
My body fails, I’m on my knees,
Prayin’,

When he opens his arms and holds you close tonight,
It just won’t feel right,
‘Cause I can love you more than this, yeah,
When he lays you down,
I might just die inside,
It just don’t feel right,
‘Cause I can love you more than this,

[Zayn]
Yeah, I’ve never had the words to say,
But now I’m askin’ you to stay
For a little while inside my arms,
And as you close your eyes tonight,
I pray that you will see the light,
That’s shining from the stars above,

(And I say)

[Liam]
When he opens his arms and holds you close tonight,
It just won’t feel right,
‘Cause I can love you more than this,

[Zayn]
‘Cause I can love you more than this, yeah

When he lays you down,
I might just die inside,
It just don’t feel right,
‘Cause I can love you more than this, yeah,

When he opens his arms and holds you close tonight,
It just won’t feel right,
‘Cause I can love you more than this, yeah

When he lays you down,
I might just die inside (oh, yeah),
It just don’t feel right,
‘Cause I can love you more than this,
Can love you more than this

Senin, 06 Agustus 2012

Glamous


Kalo gambar yang ini, nyeritain tentang seorang cewek tenar dan dipenuhi dengan ke-glamour-an. Tokoh ini gue kasih nama Maudy.

Simple


Gambar ini menceritakan seorang cewek yang sederhana dan apa adanya. Nama tokohnya adalah Alisa.

Waiting



Gambar ini nyeritain seorang cwek yang lagi nunggu seseorang. Tokoh cewek ini gue kasih nama Mila

You know, but you don't know

you know i smile
you know i laugh
you know im happy
you know im crazy
but, don't you know
when i smile, my heart was hurt
when i laugh, my heart was cry
when im happy, i was so sad
when im crazy, i was so lonely

Seperti Dulu

aku dihadapkan pada sebuah lorong
satu, aku melihatmu
dua, aku tau siapa namamu
tiga, aku mengenalmu
empat, aku menjadi temanmu
lima, aku selalu memikirkanmu
enam, aku tak bsa melupakanmu
tujuh, aku menyukaimu
diam , diam
langkahku terhenti saat ku melihat kau dengan wanita itu
kau menghalangi langkahku
aku bingung
dan ku putuskan untuk kembli menulusuri langkahku satu demi satu
dan sampai aku tiba disatu titik
dimna aku tak mengenalmu

The Last Sorry

Hampir dua jam ia menunggu. Matahari telah memejamkan cahayanya, dan tergantikan oleh senyuman sinar rembulan, tetapi Arya belum kunjung tiba. Ia menghela nafas, sedikit kesal, tetapi ia mencoba untuk tidak mempedulikannya. Sambil ditemani cahaya lampu taman, ia mencoba untuk tetap tinggal. Tetapi tetap saja, seseorang bernama Arya tidak menampakkan dirinya. Ia pun putus asa, dan memustukan untuk pergi sebelum bertemu dengan Arya. Walau ia masih berharap. 
Sesampainya di kamar, Sita, teman satu kamarnya, heran melihat Gea pulang dan tetap membawa buku yang tadinya akan dipinjam oleh Arya. 
"Arya nggak jadi minjem bukunya, Ge?" Tanya Sita. Gea tidak menjawab, ia hanya menggeleng untuk menjawabnya. 
"Kenapa?" Tanya Sita penasaran. 
Sambil mengganti pakaiannya, Gea hanya menjawab "Nggak tau." 
Pembicaraan mereka berhenti begitu saja. Sita asik dengan dvdnya dan Gea berbaring di tempat tidurnya. 
Paginya di koridor kampus. 
"Sita!" Seorang laki-laki berlari menghampirinya. Langkah Sita terhenti, ia mencoba menoleh untuk mengetahui siapa yang memanggilnya. "Arya?" 
"Liat Gea nggak, Sit?" 
"Gea? Dia lagi di kelas deh kayaknya." Jawab Sita. 
"Oke." Arya pun pergi untuk menemui Gea untuk meminjam buku catatannya yang waktu itu tidak sempat ia pinjam. Di perjalanan menuju kelas, Arya di hampiri teman-temannya, dan di ajak untuk bermain bola. Arya sungkan untuk menolaknya, akhirnya ia pun menyetujui ajakan temannya itu. Sebelum bermain, ia sempat mengirimkan pesan singkat untuk Gea. "Ge, nanti gue minjem buku catetan lo yang waktu itu ya. Jangan pulang dulu, oke? :)" 
Di kelas, Gea menerima pesan dari Arya ketika ia sedang mengerjakan tugas bersama teman-temannya. Ia hanya membalasnya singkat, "oke". Sementara di lapangan, Arya asik dengan permainannya, hingga ia lupa dengan janjinya dengan Gea. Lagi. 
Setelah tugasnya selesai, Gea diajak pulang bersama temannya. "Pulang yuk, Ge." Ajak Mila, teman Gea yang sama-sama mengerjakan tugas. 
"Hm.. Gue nungguin Arya dulu nih. Katanya dia mau minjem buku catetan gue." Tolak Gea halus. 
"Ciyee..." Suara mereka, teman-teman Gea, serentak. 
"Apa sih kalian?!." Muka Gea sedikit memerah. 
"Yaudah kita duluan ya, Ge." 
10 menit berlalu. 
20 menit... 
30 menit... 
Gea mulai kesal, Arya yang membuat janji tapi tak kunjung datang. Bukannya ia tak mau menunggu lebih lama lagi. Tetapi, masih ada tugas yang harus ia selesaikan. Ia memutuskan untuk pulang. Di depan pintu kelas, ia bertemeu dengan Sita. 
"Mau kemana, Sit?" 
"Gea. Gue mau kumpul dulu sebentar." Jawab Sita. 
"Eh Sit, nanti kasihin buku ini ya ke Arya." Pinta Gea, sambil memberikan buku catatannya. 
"Buku yang waktu itu? Oke deh." 
"Makasih ya Sit, gue pulang duluan ya. Dah!" 
Gea memang merasa kesal. Tapi ia merasa bahwa itu bukan sepenuhnya kesalahan Arya, karena ia sendiri juga telah berjanji kepada Arya dan harus ditepati. Yang ia sesali, sampai sekarang Arya tidak menemuinya untuk meminta maaf. "Tapi.. yasudahlah" fikirnya. 
Ketika sedang melewati lapangan, Sita melihat Arya sedang bermain bola, langsung saja Sita menghampiri dan memanggilnya. "Arya!" Seketika Arya, yang melihat Sita, menghentikan permainannya dan menghampiri Sita. 
"Ada apaan, Sit?" Langsung saja Sita memberikan buku catatan milik Gea kepada Arya dan menceritakan semua. Tentang malam itu, malam ketika Gea harus menunggunya lama di taman seorang diri. Tentang hari ini, yang lagi-lagi Arya membuat janji tapi dia sendiri yang tidak menepatinya. 
Arya baru menyadari bahwa ia sudah keterlaluan kepada Gea, dua kali ia telah membuatnya menunggu, dan belum meminta maaf kepadanya. 
"Yaudah, mendingan besok lo minta maaf sama Gea." Saran Sita. Arya menyetujuinya, tetapi tak satu pun diantara mereka yang mengetahui tentang hari esok. 
Sorenya, Arya di minta pulang tanpa alasan oleh kedua orang tuanya yang tinggal di Bekasi. Rencananya, sepulang dari Bekasi, Arya ingin menemui Gea untuk meminta maaf. 
Sekitar jam 7 malam Sita tiba. Di kamar Gea sedang sibuk dengan tugas-tugasnya. 
"Masih kerja aja, Ge." Ledek Sita. "Udah ngirim tugas Ibu Erin belum?" 
"Bukannya di tulis tangan?" Jawab Gea. 
"Gak jadi, Ge. Ibu Erin maunya di kirim via email." 
"Yah, gimana dong, tugas gue ada di buku catetan yang dipinjem Arya." Gea sedikit panik tetapi ia mencoba untuk menenangkan dirinya. 
"Arya lagi. Yaudah sms aja. Deadlinenya hari ini jam 10 loh, Ge." 
Gea memberi pesan singkat untuk Arya, tapi Arya tidak membalasnya. Gea mencoba untuk menunggu balasan dari Arya. Tetapi hingga pukul 20.36 Arya tidak membalasnya. Gea memutuskan untuk meneleponnya, tetapi Arya tidak menjawabnya. Ia terus mengulangnya, berharap Arya menjawab atau membalasnya, tetapi hasilnya nihil. Sekitar pukul 21. 15 ia putus asa menunggu kabar dari Arya, ia pun memutuskan untuk mengulang semua tugasnya. 
"Waktunya cukup nggak, Ge? Bentar lagi loh ini." Tanya Sita ragu. 
"Cukup deh, abis gue mau gimana lagi." Tanpa fikir panjang Gea langsung mengerjakan tugasnya. Sita merasa kasihan dengan Gea, ia pun jadi ikutan kesal dengan Arya. Sebenarnya Arya masih di dalam perjalanan dari bekasi, maka dari itu ia tidak bisa membalas atau menjawab telepon dari Gea. Akhirnya Gea berhasil menyelesaikan dan mengirim tugasnya tepat waktu. Karena kelelahan, ia ketiduran, menyusul Sita yang telah tertidur sejak tadi. 
Malam itu sangat dingin, lembab, dan sunyi. Rintikan hujan membasahi jalanan hitam panjang perlahan-lahan. Satu demi satu cahaya lampu kendaraan dipusat kota memancar. Lampu jalan menyala redup, tak seterang cahaya bulan. Arya tidak bisa mengelak bahwa jalanan pada malam itu sangat licin, hingga kendaraannya tergelincir ke jalur lain. Dari arah berlawanan, melintaslah sebuah mobil dengan kencang. Dan kecelakaan pun tidak dapat dihindari. Sekitar jam dua malam, Gea terbangun dan tetap masih tidak ada kabar dari Arya. Ia belum mengetahui tentang kecelakaan itu. Perasaannya sedikit gelisah ketika ia memikirkan Arya, seakan-akan ia merasakan firasat buruk tentang Arya. 
Paginya, ketika mereka sedang di kampus, ada salah seorang teman mereka yang memberitahukan berita tentang Arya. 
"Teman-teman, ada kabar duka tentang teman kita Arya." Ujar Deni. Sontak saja, aktivitas yang dilakukan dikelas seketika berhenti dan semua pandangan tertuju pada Deni. 
"Semalam, Arya, teman kita kecelakaan, dan sekarang ia sedang koma di rumah sakit." Mendengar hal itu, Gea terlihat sangat terkejut, ia tak berkata apa-apa dan hanya bisa terdiam 
"Arya teman kita, Den?!" Tanya Sita tak percaya. 
"Iya, emang yang namanya Arya ada berapa di kelas kita. Bagi yang mau menjenguk, selesai kuliah kita bareng-bareng ke rumah sakit." Setelah Deni selesai bicara di depan kelas, Gea masih tak berkutik, ia terdiam, seolah dia memikirkan sesuatu, memikirkan Arya. 
"Arya? Koma?! Kok bisa?! Kenapa harus Arya?! Kenapa dia?" Semua pertanyaan-pertanyaan itu ada di kepala Gea saat ini, ia seakan tak percaya. Tubuhnya lemas, wajahnya berubah menjadi pucat, dan matanya membendung air mata yang tak sempat menetes. 
"Gea? Lo mau ikut, kan?" Tanya Sita yang menyadarkan keheningan Gea. Tanpa berkata apa-apa ia mengangguk. 
Selesai kuliah, hampir satu kelas yang ikut untuk melihat keadaan Arya. Semua anak terkejut melihat keadaan Arya yang sangat memprihatinkan. Ia tergolek lemah tak berdaya. Dengan perban dikepalanya, selang infusan yang tertempel di lengannya, dan tabung oksigen yang membantunya bernafas. Tidak sedikit dari teman-temannya yang menangis melihat keadaannya, tak terkecuali Gea dan Sita. 
Dokter memberitahukan tentang kronologi kecelakaan semalam. Sejak semalam, Arya tidak sadarkan diri. Walaupun ia sudah melewati masa kritisnya, ia masih koma sampai sekarang. 
Sudah satu minggu Arya dirumah sakit, dan selama itu ia belum sadarkan diri. Gea menyempatkan diri untuk menjenguknya. Biasanya, 2 hari sekali ia ke rumah sakit bersama Sita. Tapi kali ini ia datang sendiri. Dengan membawa mawar putih, bunga kesukaannya, ia berharap Arya dapat tersadar. 
Sambil memegang tangan Arya dengan kedua tangannya, ia menatap penuh harap. 
"Arya gue cuma mau lo sadar." Sekitar satu jam Gea menjaga Arya, sampai-sampai ia tertidur disebelah Arya. Tidak lama kemudian, jari jemari tangan Arya bergerak, matanya terbuka perlahan. Merasakan tangan Arya bergerak, Gea terbangun dan terkejut bahagia. "Arya?!" Arya membalas genggaman tangannya. "Dokter! Dokter!" Arya menahan Gea untuk tidak pergi memanggil dokter. Tatapannya begitu lemah, mulutnya terbuka sedikit demi sedikit seakan ingin mengatakan sesuatu, tetapi yang terdengar hanya desahan suaranya yang begitu pelan. 
"Arya! Akhirnya kamu sadar juga." Senyuman bahagia terlihat jelas diwajah Gea. Ia tidak pernah melepaskan genggaman tangannya. Arya membalas senyumannya sambil memanggil namanya. "Gea." Setelah mendengar ia menyebut namanya, senyuman lebar terlukis diwajah Gea yang sedikit lelah. 
"Gue panggil dokter dulu ya?" Kali ini Arya tidak menahannya. Dokter yang menangani Arya pun datang, dan segera memeriksa keadaan Arya. 
"Ini sebuah mukjizat Arya sudah sadar, dan sekarang keadaannya sudah mulai stabil." Ujar dokter, dan segera meninggalkan ruangan. Mendengar hal itu, Gea sangat senang dan Arya pun tersenyum melihat kegembiraan Gea. 
"Sayang ya, pas lo udah sadar, kedua orang tua lo gak ada disini. Padahal selama lima hari kemaren mereka ngejagain lo terus." 
"Yang penting orang pertama yang gue liat sewaktu sadar itu lo, Ge." Ujar Arya, tertatih dan Gea tersipu malu. Arya mencoba mendudukkan diri, dan Gea membantunya. 
"Lo udah yakin sembuh?" Tanya Gea khawatir. 
"Ge.." Tangan Arya memegang tangan Gea dan Gea pun membalas genggamannya. 
"Mata lo.... Kok sekarang kayak mata panda?" Ledek Arya, walaupun keadaannya belum pulih benar tetapi selera humornya masih tinggi. 
"Ah apaan sih lo!" Setiap mendengar lelucon dari Arya, Gea selalu tertawa dan ia sangat ingin mendengar tawanya itu. 
"Ge.. Gue boleh meluk lo nggak? Sebentar aja.." Menengar permintaan Arya, Gea sedikit terkejut dan melepaskan genggaman tangannya. 
"Gue nggak akan macem-macem, Ge. Suer!" Agak sedikit lama Gea memikirkan hal itu. Selagi mereka larut dalam kebisuan, perlahan Gea menyandarkan tubuhnya, seketika terlihat senyuman kecil di bibir Arya. 
Perlahan, Arya memulai pembicaraan. "Gue cuma mau minta maaf, Ge." 
"Untuk apa?" Tanya Gea yang mulai merasa nyaman dalam pelukan Arya. 
"Semuanya. Karena gue udah ngebuat lo begadang buat nunggu gue, ngabisin pulsa lo buat nelepon gue, ngulang semua tugas yang udah lo kerjain.." 
"Arya.." Gea memotong perkataan Arya, tetapi Arya tetap melanjutkannya. 
"Gue ngerasa bersalah banget sama lo. Tapi gue bersyukur, gue masih bisa bangun ngeliat lo dan minta maaf sama lo." Perkataan Arya terhenti, Gea mulai merasa bingung dengan perkataan Arya. 
"Ar, lo nggak perlu minta maaf. Sebelum lo minta maaf, lo udah gue maafin kok. Lagian itu semua kan nggak sepenuhnya salah lo. Udahlah Ar, yang penting kan sekarang lo udah sadar, itu udah cukup buat gue. Jadi.." Gea terdiam, ia merasakan sesuatu yang aneh dengan Arya. "Arya?" Arya tidak menjawab, tangannya yang dipegang Gea terasa dingin. Dan ketika Gea ingin melepaskan pelukkannya, Arya tidak bergerak, tubuhnya lemas hampir jatuh. Seketika itu airmata Gea jatuh, dan ia memeluk Arya dengan erat. "Arya! Arya!" Ia terus memanggil namanya, tetapi percuma, Arya telah pergi. Ia pergi di dalam pelukan Gea. Gea terus memeluknya dengan erat, satu persatu airmatanya membasahi pipinya. Ia tak percaya Arya pergi, padahal Arya baru saja sadar dari komanya. Gea tidak tahu Arya pergi dengan senyuman kecil di bibirnya. Gea terus menangis, tetapi ia tetap tenang, seakan ia tahu keinginan Arya telah tercapai, yaitu meminta maaf kepadanya. Arya memang telah pergi, tetapi ia selalu hidup dan akan tetap hidup di hati Gea.